Penderita Gizi Buruk Meningkat di Aceh Barat
Kepala Dinkes Aceh Barat, Syarifah Junaida. Foto: AJNN/Aidil Firmansyah.

ACEH BARAT - Penderita gizi buruk terhadap Bayi Lima Tahun (Balita), di Kabupaten Aceh Barat meningkat dalam kurun waktu enam bulan terakhir.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Barat mencatat, sepanjang 2022 atau pada semester pertama, angka gizi buruk secara keseluruhan terdapat 72 kasus di daerah tersebut. 

Kepala Dinkes Aceh Barat, Syarifah Junaida mengatakan, terjadinya peningkatan angka gizi buruk dan gizi kurang tersebut, lantaran masyarakat  dinilai masih percaya pada mitos tertentu dalam hal makanan untuk pertumbuhan anak. 

Misalnya, lanut Syarifah, seperti mitos pemberian ikan bagi anak bisa menyebabkan cacingan. Akibat dari itulah menyebabkan stunting bahkan berdampak pada gizi buruk terhadap anak usia dini di Kabupaten itu. 

“Jadi masyarakat kita ini masih percaya mitos kalau anak makan ikan banyak-banyak bisa sebabkan cacingan, jadi karena itulah berdampak hingga terjadi stunting, dan gizi buruk juga," katanya, Kamis (30/6).

Lanjut Syarifah, untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Pihaknya, gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Karena, selain faktor masih percaya mitos, kemiskinan yang terjadi di Aceh Barat juga menjadi angka penyumbang persoalan gizi bagi Balita di daerah itu.

Karena itu, kata Syarifah, saat ini pihaknya sedang terus berupaya maksimal dalam mengurangi angka stunting, gizi kurang dan gizi buruk di Aceh Barat, dengan menggandeng Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Gampong (DPMG) serta pemerintah desa.

“Untuk mengurangi angka stunting dan gizi buruk juga, kita saat ini terus bekerjasama dengan DPMG, dan pemerintah desa. Seperti, petugas memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat, kemudian ditingkat desa melakukan pemberian makanan tambahan (PMT). Nanti kita juga buat kebun gizi dimasing-masing desa yang bisa dimanfaatkan masyarakat,” ucapnya.

Sedangkan untuk mereka yang mengalami gizi buruk, kata dia, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan para balita tersebut. Selain itu, para petugas juga memberikan asupan makanan tambahan ekstra, selain dari PMT dari desa lewat dapur gizi yang ada pada Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di setiap kecamatan. 

“Terus kita pantau dan berikan makanan ekstra. Di puskesmas juga ada dapur gizi yang diberikan bagi anak-anak khusus alami gizi buruk,” ucapnya. 

Syarifah menyebutkan, meski ditemukan kasus gizi buruk. Hingga saat ini belum ada yang terpaksa menjalani perawatan di rumah sakit lantaran mengalami hal tersebut.

"Selain penderita gizi buruk, penderita gizi kurang juga terjadi peningkatan di Aceh Barat dalam kurun waktu enam bulan terakhir ini. Pada tahun 2021 angka gizi kurang sebanyak 271 kasus namun pertengan 2022 mencapai 441 kasus," ungkapnya.

Menurut Syarifah, kebutuhan gizi berdasarkan berat badan sangat kurang sesuai usia pada tahun 2022 juga mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2021 tercatat 71 orang dan pada tahun 2022 menjadi 104 orang. 

"Sedangkan untuk berat badan kurang sesuai usia pada tahun 2021 sebanyak 380 orang dan 2022 meningkat menjadi 529 orang," imbuhnya.

Sumber: AJNN